ceritaku

Minggu, 28 Agustus 2011

Tangisan Sajadah


Tiba-tiba aku dengar rintihan
Entah siapa , aku tak tahu
Kembali ku tarik selimutku, mencoba mengabaikan
           
Rintihan menjadi  tangisan
Entah siapa itu
Dan tetap ku tarik selimutku, mencoba mengabaikan

Semakin keras ku dengar tangisan
Makin keras dan menjadi
Siapa yang berani menangis tengah malam begini ?
Orang gilakah, atau seorang anak yang kehilangan induknya?

Tak tahan
Aku bangun
Mencari asal suara yang mengganggu
Dan semakin jelas dari balik ruang sempit tanpa lampu
Sontak mataku terbelalak
Bukan manusia yang menangis
Tapi bentangan kain panjang nan indah dari Mekkah
Sajadahku menangis
Mengapa ia menangis?
Bukankah telah aku gantung ia dengan berlindungkan kaca
Bukankah cantik parasnya, lembut tubuhnya, halus benangnya
Dan perlu cukup uang untuk memilikinya
Mengapa ia menangis?  

Lalu ia menatapku dengan mata sembab
Dengan air mata yang terus mengalir  deras
Seraya berkata ”Aku tak mau kau perlakukan seperti ini! hanya sebagai hiasan dindingmu, aku mau seperti temanku yang lusuh itu
 untuk bersujud padaNya”

Dan sajadahku masih saja menangis
Dan aku masih tak mengerti





Yogyakarta, 9 Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar